CITRA DIRI ( Imago Dei VS Economicus )



~Highlight

Mekanisme dari citra diri sesorang itu bekerja, ketakutan-ketakutan yang ada dari seorang penjual terutama mengenai penolakan terhadap konsumen menjadi hal yang paling utama diperbincangkan disini. Sejak kecil orang-orang dalam lingkungan terdekat anda, yakni keluarga anda menjadi subjek-subjek yang paling sibuk dalam hal memprogram citra diri anda. Sampa pada saatnya citra diri anda telah menjadi suatu menara yang kokoh dan tahan badai. Masalah terbesarnya seringkali program yang dimasukan oleh para “orangtua” seringkali menjadi sebuah “SAMPAH” biasa saya sebut Garbage in-Garbage out.

Berita bagusnya anda bisa melakukan proses pemrograman ulang terhadap pikiran bawah sadar anda. Dengan demikian anda bisa menciptakan citra diri yang baru sehingga mampu menjalani hidup dengan lebih bahagia. Ada suatu mekanisme perintah dalam diri kita, saya menyebutnya Mekanisme Kendali Otomatis (MKO). Bagaimana cara kerja dari MKO ?.

Tujuan yang ingin saya sampaikan disini adalah sebagai pelajaran mengenai Simpleology. Pernahkah anda mengambil sebuah mentega beku dari lemari es anda, lalu anda mengambil juga sebuah pisau dapur untuk memotongnya, apa yang terjadi ? anda seperti memotong sebuah batu. Bagaimana jika anda memanaskan pisau tersebut lebih dahulu, baru kemudian anda memotong mentega tersebut, BINGO! Inilah yang ingin saya sampaikan kepada anda. Suatu seni untuk menjalani kehidupan dengan lebih mudah dan menyenangkan.

Kebanyakan dari populasi di dunia memiliki citra diri yang palsu dan toxic, sudah terjadi suatu distorsi hebat dalam citra diri umat manusia, bayangkan energi negatif yang muncul dari milyaran manusia di dunia ini. Ada citra diri yang absolute yang dimiliki oleh setiap manusia yang pernah lahir saya JAMIN!. Mari kita bahas mengenai hal ini.

~Imago Dei VS Economicus
Sering kali terjadi, sadar atau tanpa sadar, kita kurang memerhatikan martabat manusia. Kita umumnya hanya memperhatikan apakah orang diperlakukan dengan adil atau tidak, baik material maupun sosial. Apakah orang ini mendapat cukup makan? Apakah para pekerja mendapat upah yang memadai? Apakah anak-anak orang miskin bisa memperoleh pendidikan formal? Bagaimana pelayanan kesehatan kepada masyarakat golongan "bawah"? Kalau umpamanya para TKI diperlakukan tidak wajar di pelabuhan udara, maka hal itu dikritik di meedia masa dengan. alasan mereka "membawa devisa yang tidak sedikit", sehingga patut diperlakukan dengan baik, tetapi bukan karena alasan martabat mereka direndahkan!

Kita mengenal berbagai istilah yang sudah baku, namun, sekali lagi sadar atau tanpa sadar, bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal yang kita anut. Di antaranya istilah "sumber daya manusia" (SDM) yang diterjemahkan dari bahasa Inggris human resources. Perusahaan-penisahaan mempunyai Human Resources Department, yang dulu disebut "Bagian Urusan Pegawai" atau "Urusan Personalia", yang menurut penulis sebenarnya lebih tepat dan manusiawi. Kalau kita bicara tentang "sumber daya manusia", maka tanpa sadar kita menjadikan manusia itu sebagai suatu komponen dalam roda ekonomi di samping "sumber daya alam" {natural recourses).

Dengan mensejajarkan manusia sebagai sumber daya, itu sama saja melecehkan martabat manusia. Artinya, manusia menjadi sama dengan sumber daya alam, yaitu "diturunkan" derajatnya menjadi "komponen produksi” manusia menjadi "homo economicus" dan dengan demikian dinilai berdasarkan kegunaan ekonomi semata dan bukan sebagai manusia.

Istilah human recources memang relatif baru, tetapi maknanya sebenarnya sudah lama berlaku, yaitu sejak "revolusi industri" pada abad ke 19. Sebelumnya orang memintal benang sendiri dan membuat kain serta berbagai bahan keperluan, baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun untuk dijual. Pekerjaan itu dibuat dalam "industri rumah" dan dikerjakan dengan tangan oleh para anggota keluarga, dibantu dengan peralatan yang dibuat sendiri atau dibeli dari orang-orang yang mempunyai keterampilan untuk membuatnya; itupun dalam industri rumah. Setiap orang merupakan entrepreneur (pengusaha mandiri).

-o-Manusia Bernilai Ekonomi
Tetapi sejak penemuan mesin yang dapat menghasilkan barang keperluan secara masal dengan harga yang jauh lebih murah, mulailah didirikan pabrik-pabrik. Para pemodal melihat di sini kesempatan yang sangat menjanjikan, maka makin banyak pabrik didirikan dengan modal mereka. Pabrik-pabrik itu membutuhkan tenaga kerja, maka orang-orang yang tadinya berkarya secara mandiri jemudian menjadi buruh pabrik. Pada tahap inilah manusia menjadi "sumber daya" untuk mendukung produksi. Jadi. pengertian "SDM" sudah ada sejak revolusi industri, walaupun istilahnya belum dipakai waktu itu. Sebagai entrepreneur manusia masih merupakan subyek yang atas prakarsanya sendiri memilih suatu profesi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dirinya dan masyarakat.

Tetapi pada saat ia menjadi buruh pabrik sebagai unsur yang mendukung produksi, ia menjadi homo economicus (manusia bernilai ekonomi), dan tidak lagi sebagai manusia menurut martabatnya. Pabrik-pabrik di Eropa waktu itu sangat menguntungkan para pemilik modal, sehingga mereka menjadi kaya atas keringat dan penderitaan kaum pekerja: maka terjadilah exploitation de I'homme par I'homme, exploitasi manusia oleh manusia.

Keadaan itu ditentang oleh beberapa pemikir dan penulis, seperti Robert Owen di Inggris dan Pierre Proudhon di Prancis yang berpendapat bahwa tanah dan pabrik harus dimiliki oleh rakyat. Mereka berpendapat demikian karena secara etis adalah amat tidak benar jika sekelompok orang memperkaya diri dari hasil keringat (atau eksploitasi) orang lain. Pandangan kedua penulis itu disebuit ideal socialism.

Tetapi yang paling berpengaruh adalah pemikiran Karl Marx dalam bukunya Das Kapital. Walaupun pemikiran Marx dan kritiknya bahwa para pemilik modal meraih keuntungan dari jerih payah para pekerja adalah benar, ia keliru dalam konsep "pertentangan kelas", yaitu antara kaum kapitalis dan kaum buruh, yang menurut dia akan menjurus kepada revolusi yang akhirnya membawa kemenangan bagi "kaum proletariat". Karena tcori-teori Karl Marx bersifat materialistik, ia tidak menyentuh martabat kaum buruh sebagai manusia. Yang ia permasalahkan salah keadilan material semata-mata, hal mana masih merupakan faktor utama di mana-mana hingga sekarang.

Adalah suatu ironi bahwa justru negara-negara demokratik-lah yang menanggapi pemikiran Marx.. Dengan juga berpedoman pada sosialisme ideal-nya Robert Owen dan Pierre Proudhon, negara-negara demokratik menerapkan berbagai sistem kepemilikan usaha seperti antara lain koperasi pertanian dan industri kecil.
Pemberian saham kepada para pekerja (atau koperasinya) dan kepemilikan saham publik (rakyat). Juga dengan berdirinya serikat-serikat buruh maka dalam alam demokrasi para eksekutif modal dan pemimpin serikat buruh duduk bersama dan berunding untuk menemukan win-win solution di mana pemodal tidak meraih keuntungan terlalu banyak dan para pekerja menerima upah yang cukup untuk hidup layak.

-o-Manusia Sebagai Subyek

Jiwa demokratis itulah membuat para pekerja kembali menjadi subyek dan menjadi mitra dengan para pemodal dalam perusahaan. Sebagai subyek orang tidak lagi "dipakai" atau dimanfaatkan demi keberhasilan produksi, melainkan mereka berkarya dengan menggunakan ketrampilan, pengetahuan atau tenaganya.Manusia adalah subyek karena manusia adalah Homo Imago Dei (Manusia Citra Allah, menurut Alkitab), Allah adalah subyek. maka manusia sebagai "Citra Allah" adalah subyek pula, dan selalu subyek.

Karena itu manusia tidak bisa dan tidak boleh "dipakai", dimanfaatkan, apa lagi diexploitasi sebagai homo economics. Maka yang ideal adalah bahwa para pekerja/karyawan menjadi partner dalam perusahaan di mana ketrampilan, pengetahuan dan tenaganya merupakan "modal" yang mereka tanamkan dalam perusahaan, sedangkan upahnva adalah "dividennya". Kalau hal itu diterapkan dengan sadar, maka dengan sendirinya tertanam rasa memiliki pada para pekerja. Seorang pelamar atau seorang karyawan bukan "sumber daya" melainkan manusia bermartabat, karena ia adalah Homo Imago Dei, yang menawarkan atau menanam "modalnya".

Komentar

Anonim mengatakan…
hello... hapi blogging... have a nice day! just visiting here....

Postingan populer dari blog ini

Big Fat Lies # 8

EFT BLITZ